Recovery Fosfat Pada Hasil Ekstraksi Dolomit Sebagai Mineral Struvite Dengan Metode Aerasi
Abstract
Inti Sari
Sisa cadangan fosfat yang dapat diakses dari mineral fosfat diperkirakan akan habis dalam 50 tahun, jika pertumbuhan permintaan pupuk tetap 3% per tahun. Mengurangi penggunaan fosfat secara berlebihan, akan membantu cadangan fosfat bertahan lebih lama. Adapun alternatif untuk menghemat cadangan fosfat adalah dengan recovery fosfat, yang memiliki keuntungan tambahan untuk meminimalkan eutrofikasi. Struvite merupakan recovery mineral fosfat yang optimal dan berfungsi sebagai pupuk lepas lambat. Pembuatan struvite pada penelitian ini dilakukan dengan mereaksikan hasil ekstraksi dolomit (Mg3(PO4)2) dan Amonium Hidroksida (NH4OH). Digunakan variasi rasio MAP sebesar 1:1:1, 1,5:1:1, 2:1:1, 2,5:1:1 dan 3:1:1. Melakukan penambahan Natrium Hidroksida (NaOH) guna mendapatkan pH yang bervariasi yaitu 7, 8, 9, 10 dan 11. Pada recovery fosfat digunakan metode aerasi, dengan laju alir udara sebesar 1 liter per menit. Aerasi dibutuhkan untuk proses pengadukan pada larutan. Penelitian ini menggunakan pengujian yaitu uji X-ray Fluorescence (XRF), sehingga diperoleh kandungan mineral fosfat ter tinggi dalam pembentukan struvite. Recovery fosfat tertinggi diperoleh pada rasio MAP sebesar 2,5 : 1 : 1 dengan pH yaitu 9. Hasil recovery fosfat yang diperoleh sebesar 84,3% , dan menurut SNI 02-3776-2005 kandungan P pada pupuk struvite yang dihasilkan dalam penelitian ini memiliki tingkat mutu yang baik.
Abstract
If the growth demand of fetrtilizer is constant at 3% per year, the remaining accessible phosphate reserves from phosphate minerals will run out in about 50 years. The simplest way to help it last longer is by reducing the use of phosphate. However, there is an alternative for saving phosphate reserves, by recovering phosphate which has another advantage of eutrophication. Struvite is an optimal mineral phosphate recovery and works as a slow release fertilizer. The manufacture of struvite in this study was carried out by reacting the extraction results of dolomite (Mg3(PO4)2) and Ammonium Hydroxide (NH4OH). The MAP ratio variation is 1:1:1, 1.5:1:1, 2:1:1, 2.5:1:1 and 3:1:1. The addition of NaOH with various concentrations is operated to obtain a various pH, such as 7, 8, 9, 10, and 11. In the aeration method, the air flow rate is needed and we use 1L/min In phosphate recovery aeration is needed for the stirring process in the solution. We use X-ray Fluorescence (XRF) test in this research, so we know the highest phosphate mineral content in the formation of struvite. The highest phosphate recovery was obtained at a MAP ratio of 2.5: 1: 1 with a pH of 9. The result of phosphate recovery obtained was 84.3%, according to SNI 02-3776-2005 the P content in the struvite fertilizer produced in this study has good level of quality.
Keywords
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
X. Hao, C. Wang, M. C. M. Van Loosdrecht, and Y. Hu, “Looking beyond struvite for P-recovery,” Environ. Sci. Technol., vol. 47, no. 10, pp. 4965–4966, 2013, doi: 10.1021/es401140s.
E. Ariyanto, L. Katerina, and D. S. Dwiyani, “Pengaruh pH dan Rasio Reaktan PO 4 : Mg Terhadap Penurunan Kandungan PO 4 dalam Urine Melalui Proses Pembentukan Struvite Kristal,” no. 1, pp. 1–5, 2019.
E. Ariyanto, A. Melani, and T. Anggraini, “Penyisihan Po 4 Dalamair Limbah Rumah Sakit Untuk,” Jurnal.Ftumj, no. November 2015, pp. 1–8, 1846.
S. Hamzah, F. Ulum, L. Edahwati, and Sutiyono, “Kinetika Reaksi Pembentukan Pupuk Struvite Dari Limbah Cair Tempe Secara Batch,” no. September, pp. 1–2, 2020.
A. R. Fitriana and I. Warmadewanthi, “Penurunan Kadar Amonium dan Fosfat pada Limbah Cair Industri Pupuk,” J. Tek. ITS, vol. 5, no. 2, 2016, doi: 10.12962/j23373539.v5i2.16523.
H. Septiani, N. Zahra, and L. Edahwati, “Pengolahan Bittern sebagai Pembentuk Pupuk Struvite Menggunakan Reaktor Sekat Secara Sinambung,” vol. 3, no. 1, pp. 1–7, 2020.
L. Edahwati et al., “Recovery Fosfat Pada Limbah Cair Industri Pupuk.” 2021.
X. Zhang, J. Hu, H. Spanjers, and J. B. van Lier, “Struvite crystallization under a marine/brackish aquaculture condition,” Bioresour. Technol., vol. 218, pp. 1151–1156, 2016, doi: 10.1016/j.biortech.2016.07.088.
L. Edahwati, Sutiyono, and R. R. Anggriawan, “Pembentukan Pupuk Struvite dari Limbah Cair Industri Tempe dengan Proses Aerasi,” J. Teknol. Lingkung., vol. 22, no. 2, pp. 215–221, 2021, doi: 10.29122/jtl.v22i2.4721.
S. Aminah, Sudarno, and Purwono, “Pengolahan Sampah Organik Secara Biodrying Studi Kasus : Sayuran Kangkung,” J. Tek. Lingkung., vol. 6, no. 1, pp. 1–8, 2017.
S. Sutiyono, L. Edahwati, D. S. Perwitasari, S. Muryanto, J. Jamari, and A. P. Bayuseno, “Synthesis and characterisation of struvite family crystals by an aqueous precipitation method,” MATEC Web Conf., vol. 58, 2016, doi: 10.1051/matecconf/20165801006.
T. M. F. Adiman, A. Feriyanto, . S., and L. Edahwati, “Mineral Struvite Dari Batuan Dolomit Dengan Reaktor Kolom Sekat,” J. Tek. Kim., vol. 14, no. 2, pp. 85–91, 2020, doi: 10.33005/jurnal_tekkim.v14i2.2034.
F. Wang et al., “Phosphate Recovery from Swine Wastewater by a Struvite Precipitation Electrolyzer,” Sci. Rep., vol. 9, no. 1, pp. 1–10, 2019, doi: 10.1038/s41598-019-45085-3.
D. Kim, K. J. Min, K. Lee, M. S. Yu, and K. Y. Park, “Effects of pH, molar ratios and pre-treatment on phosphorus recovery through struvite
crystallization from effluent of anaerobically digested swine wastewater,” Environ. Eng. Res., vol. 22, no. 1, pp. 12–18, 2017, doi: 10.4491/eer.2016.037.
E. K. Chaula, “Removal of Phosphorus from anaerobic digested blackwater by precipitation with struvite from Seawater and Magnesium Chloride,” 2019.
X. D. Bao et al., “Effect of pH on precipitate composition during phosphorus recovery as struvite from swine wastewater,” 2011.
D. S. Nurul, “Validation Method For Determination Of Niclosamide Monohidrate In Veterinary Medicine Using Uv-Vis Spectrophotometry Niklosamid Monohidrat Dalam Sediaan Obat Hewan Dengan Menggunakan Spektrofotometri Uv-Vis,” J. Ilm. Farm. Bahari, vol. 11, no. 2, pp. 153–160, 2020.S
Refbacks
- There are currently no refbacks.